Sunday, May 7, 2017

MAKALAH KERJA DAN PRODUKTIVITAS

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktivitas untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien, dam tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup untuk seluruh masyarakat, melalui konsep produktivitas semesta total.
Produktivitas mempunyai pengertiannya lebih luas dari ilmu pengetahuan, teknologi dan teknik manajemen, yaitu sebagai suatu philosopi dan sikap mental yang timbul dari motivasi yang kuat dari masyarakat, yang secara terus menerus berusaha meningkatkan kualitas kehidupan.

B.Rumusan Masalah
1.       Apa yang dimaksud dengan produktivitas?
2.       Bagaimanakah Kerja Dan Produktivitas Menurut Al-Qur’an Dan Hadits ?
3.       Seperti apakah etos kerja yang islami ?
C.Tujuan Penulisan

1.     Memahami konsep produktivitas secara keseluruhan
2.     Mengetahui Kerja Dan Produktivitas Menurut Al-Qur’an Dan Hadits
3.    Mengetahui etos kerja yang Islami






BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Produktivitas
Dalam bahasa Arab arti produksi adalah al-intaj dari akar kata Nataja,yang berarti mewujudkan atau mengadakan sesuatu , atau pelayanan jasa yang jelas dengan menurut adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu terbatas.[1]
Produksi adalah menciptakan manfaat atas sesuatu benda.Secara termenologi, kata produksii berarti menciptakan dan menambah kegunaan (nilai guna ).Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari semula.Secara umum produksi adalah penciptaan guna (utility) yang bererti kemampuan suatu barang atau jasa untuk memuaskan keutuhan manusiawi tertentu.[2]
Dalam bahasa Inggris, produktivitas adalah productivity yang berasal dari kata produce yang berarti menghasilkan dan activity atau kegiatan. Jadi produktivitas berarti kegiatan untuk menghasilkan sesuatu ( barang atau jasa).Produktivitas berbeda dengan pengertian produk yang hanya sebagai ouput atau hasil. Produktivitas harus memiliki muatan lebih dari standar lebih dari tenaga, fikiran dan modal yang dikeluarkan, artinya seseorang yang memiliki produktivitas tinggi adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan sesuatu dengan lebih.Orang yang produktivitasnya tinggi adalah orang yang mencapai banyak hasil dalam hidupnya.[3]
Sedangkan Produktivitas dalam Kamus Ilmiah Popular Indonesia adalah kemampuan menghasilkan ; daya hasil ; kehasilan. [4]
B. Kerja Dan Produktivitas Menurut Al-Qur’an Dan Hadits
a. Konsep produksi menurut al-qur’an dan hadits[5]
1.      Tugas manusia dimua bumi sebagai khalifah allah adalah memakmurkan bumi dengan ilmu amalnya
2.      Islam selalu mendorong kemajuna dibidang produksi
3.      Teknik produksi diserahkan kepada keinginan dan kemampuan manusia.Rasululloah SAW. Bersabda, “ Kalian lebih mengetahuai urusan dunia kalian “. (HR.Muslim)
4.      Islam menyukai kemudahan,menghindari mudarat dan memaksimalkan manfaat.
b. Ayat tentang Produksi
1.      Al-Qur’an surat Al-Qashas ayat 77
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

2.      Ali Imron ayat 14
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“ Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” .
c. Hadits Tentang Produksi
1.      Utsman bin abul ash berkata kepada umar ra, wahai amirul mu’minin, sesungguhnya di daerah kami terdapat lahan tanah yang tidak dimiliki seseorang, maka putuskanlah dia padaku untuk aku kelola, sehingga dia mendatangkan manffaat bagi keluargaku dan juaga bagi kamum muslimin “. Maka umarpun menetapka lahan tersebut untuknya. (Ibnu Zanjawaih,kitab Al-Amwal, 2 : 626)[6]
2.      Diriwayatkan dari abu mas’ud al-anshori ra, dia berkata , “ rasululloh melarang untuk memakan hasil penjualan anjing, mahar orang yang berzina dan hadiah dari tukang sihir.” (HR.Al-Bukhori)[7]
Adapun ayat al-qur’an yang menjelaskan tentang produktivitas sangat banyak. Salah satunya, Allah berfirman:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“ Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman akan melihat pekerjaan itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata lalu diberitakannya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. At-Taubah 105).
Dengan kata lain Islam sangat membenci pada orang yang malas dan bergantung pada orang lain.
Hal ini juga sebagaimana di gambarkan dalam hadits nabi seperti yang diperlihatkan Umar bin Khattab ketika mendapati seorang sahabat yang selalu berdo’a, tidak mau bekerja. “ Janganlah seorang dari kamu duduk dan malas mencari rizki kemudian ia mengetahui langit tidak akan menghujankan emas dan perak. Rasululllah SAW pun senantiasa berdo’a kepada Allah agar dijauhi sifat malas, sifat lemah dan berlindung dari Allah penakut dan sangat tua dan saya berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan dari ujian hidup dan mati “ (HR. Abu Daud).
Dan juga di gambarkan dalam hadits di bawah ini :
عَنْ رِفَعَةٍ بْن رَافِعٍ اَنَّ النَّبِىَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ اَىُّ اْلكَسَبِ اَطْيَبُ ؟ قَالَ : عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيِّعٍ مَبْرُوْرٌ ( رَوَاهُ اْلبَزَار وَصَحَحَهُ الحَكِيْم )
“Dari Rifa’ah bin Rafi’ berkata bahwa Nabi Muhammad SAW ditanya tentang usaha yang bagaimana dipandang baik?. Nabi menjawab: Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap perdagangan yang bersih dari penipuan dan hal-hal yang diharamkan.” (HR. Al-Bazzar dan ditashihkan Hakim)[8]
Secara normatif (ajaran) di atas, seharusnya kaum muslim khususnya di Indonesia memiliki etos kerja tinggi. Mengapa? Karena Islam mengajarkan agar umatnya harus mengawali kerja dengan niat yang utamanya untuk ibadah pada Allah. Selain itu tidak melakukan pekerjaan yang haram seperti korupsi dan merampok. Kemudian tidak merugikan orang lain, saling meridhai, tak ada unsur penipuan, tidak merusak lingkungan, dan untuk meningkatkan kesejahteraan umat atau berdasarkan rahmatan lil alamin. Kalau demikian maka seharusnya produktifitas kerjanya tinggi. Namun dalam prakteknya belum semua umat menerapkan ajakan dan peringatan Allah tentang kerja.
Insititute for Management of Development, Swiss, World Competitiveness Book (2007), memberitakan bahwa pada tahun 2005, peringkat produktivitas kerja Indonesia yang sebagian besar umat Islam berada pada posisi 59 dari 60 negara yang disurvei. Atau semakin turun ketimbang tahun 2001 yang mencapai urutan 46. Sementara itu negara-negara Asia lainnya berada di atas Indonesia seperti Singapura (peringkat 1), Thailand (27), Malaysia (28), Korea (29), Cina (31), India (39), dan Filipina (49). Urutan peringkat ini berkaitan juga dengan kinerja pada dimensi lainnya yakni pada Economic Performance pada tahun 2005 berada pada urutan buncit yakni ke 60, Business Efficiency (59), dan Government Efficiency (55). Lagi-lagi diduga kuat bahwa semuanya itu karena mutu sumberdaya manusia Indonesia yang tidak mampu bersaing. Juga mungkin karena faktor budaya kerja yang juga masih lemah dan tidak merata. Dalam tataran agama bisa jadi karena belum mampunya menerjemahkan perintah agama tentang kerja dalam dunia nyata. Dengan kata lain ajaran agama tampaknya baru sampai pada tingkat penguasaan pengetahuan saja; belum sampai terbentuknya kesadaran dan sekaligus sikap etos kerja tinggi.
        Ketika dalam suasana Nuzulul Qur’an yakni peristiwa penting penurunan wahyu Allah pertama kepada nabi dan rasul terakhir agama Islam yakni Nabi Muhammad SAW maka telaahan produktifitas kerja semakin penting. Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surat Al Alaq ayat 1-5: (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan; (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah;.(3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah; (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam; (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Inti dari ayat itu umat seharusnya terpanggil untuk terus menerus meningkatkan mutu sumberdaya (SDM) manusianya melalui proses pembelajaran bersinambung.
        Dengan mutu SDM yang tinggi, umat sangat dianjurkan untuk melakukan penelitian segala rahasia alam semesta ini. Tentunya untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan umat dengan kerja keras, cerdas, dan ikhlas. Disinilah pentingnya proses pendidikan dimulai dari tingkat keluarga. Disitu ditanamkan pemahaman yang menyangkut akidah dan syariah Islam khususnya yang menyangkut tentang kerja sebagai ibadah. Tentunya sekaligus diwujudkan dalam praktek keseharian dengan tuntunan dari orangtuanya.

C. Etos Kerja Islami                                          
a. Memelihara Etos Kerja [9]
Selain memiliki kecakapan ( kafa’ah ) dan sifat amanah, seseorang dikatakan professional jika dia selalu bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja. Dia juga memiliki etos kerja ( Himmatul ’Amal ) yang tinggi. Islam mendorong setiap muslim untuk selalu berkerja keras serta bersungguh-sunggu mencurahkan tenaga dan kemampuannya dalam bekerja.
Dorongan utama seorang muslim dalam bekerja adalah bahwa aktivitas kerjanya itu dalam pandangan islam merupakan bagian dari ibadah, karena bekerja merupakan pelaksanaan salah satu kewajban, sebagai mana telah disinggung pada pembahasan di awal, dan hasil usaha yang diperoleh seorang muslim dari kerja kerasnya dinilai sebagai penghasilan yang mulia.
“Tidaklah seorang di antara kamu maka suatu makanan lebih baik daripada makanan dari hasil keringatnya sendiri.” ( HR Baihaqi )
Bukan hanya pujian, islam juga menjelaskan bahwa bekerja dengan sungguh-sungguh –menurut sejumlah hadits—bahkan dapat menghapus dosa yang tidak bias dihapus oleh aktivitas ibadah ritual sekalipun.
“ Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya pada siang hari maka pada malam itu ia diampuni.” ( HR Ahmad )
“ Sesungguhnya di antara perbuatan dosa ada dosa yang tidak bias terhapus ( ditebus ) oleh ( pahala ) shaum dan shalat.” Ditanyakan pada beliau,”Apakah yang bias menghapusnya, ya Rasulullah ?”jawab Rasul saw.,”Kesusahan ( bekerja ) dalam mencari nafkah penghidupan.” ( HR Abu Nu’aim )
“ sesungguhnya, diantara perbuatan dosa ada dosa yang tidak bias terhapus ( ditebus ) oleh ( pahala ) shalat, sedekah ( zakat ), ataupun haji, namun hanya dapat ditebus dengan kesusahan dalam mencara nnafkah penghidupan,” ( HR Thabrani )
Karena itulah, Allah SWT dan Rasulullah saw. Sangat menyukai setiap muslim yang rajin bekerja keras atau mempunyai etos kerja yang tinggi dan mendoakan keberkahan untuknya.
“ Sesungguhnya, Allah ta’ala senang melihat hamba-Nya bersusah payah ( kelelahan ) dalam mencari rezeki yang halal.” ( HR ad-Dailami )
“ Ya Allah! Berikanlah keberkahan kepada umatku, pada usaha yang dilakkannya di pagi hari.” ( HR Tirmidzi )
Sangking cintanya Rasulullah saw. Bahkan pernah “mencium” Tangan Sa’ad bin Mu’adz r.a. tatkala beliau melihat tangan kasarnya bekas kerja keras, seraya berkata,
“ ( Ini adalah ) dua tangan yang di cintai Allah Ta’ala.”
Selain dorongan ibadah, seorang muslim juga dapat bekerja keras karena adanya keinginan untuk memperoleh imbalan atau penghargaan ( reward ) materiil dan nonmateriil seperti gaji atau penghasilan, karier dan kedudukan yang lebih baik serta pujian, dan sebagainya. Diperbolehkan juga seorang muslim bekerja keras karena dia khawatir terhadap hukuman (punishment) yang akan diterima, baik hukuman tersebut berupa penghasilan yang berkurang, karier yang mandek, maupun jabatan yang rendah. Semuanya ini boleh dilaksanakan selama sesuai dengan ketentuan syariat islam dan motivasi utama dia bekerja keras adalah karena melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang muslim dalam menjalankan setiap pekerjaan haruslah bersungguh-sungguh dan penuh semangat. Dengan kata lain, harus dengan etos kerja yang tinggi. Seorang muslim adalah seorang pekerja lebih ( smart-worker ), mempunyai disiplin yang tinggi, produktif, dan inovatif.
b. Membangun Etos Kerja Dalam Pendekatan Reward And Punishment [10]

QIMAH
REWARD

PUNISHMENT
Madiah
Gaji/penghasilan besar

Denda, skorsing PHK, Hukuman
Insaniyah
Pujian, Nama/reputasi baik

Celaan, Nama/reputasi buruk
Khuluqiyah
Rasa hormat Simpati

Antipasti
Ruhiyah
Pahala

Dosa



BAB III
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
Produktivitas berarti kegiatan untuk menhasilkan sesuatu ( barang atau jasa).Produktivitas berbeda dengan pengertian produk yang hanya sebagai ouput atau hasil. Produktivitas harus memiliki muatan lebih dari standar lebih dari tenaga, fikiran dan modal yang dikeluarkan, artinya seseorang yang memiliki produktivitas tinggi adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan sesuatu dengan lebih.
Orang yang produktivitasnya tinggi adalah orang yang mencapai banyak hasil dalam hidupnya.
Adapun ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang kerja sangat banyak sekali. Salah satunya, Allah berfirman: “dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman akan melihat pekerjaan itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata lalu diberitakannya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. At-Taubah 105).
Sedangkan hadits yang menggambarkan tentang kerja dan produktivitas sebagaimna  diperlihatkan Umar bin Khattab ketika mendapati seorang sahabat yang selalu berdo’a, tidak mau bekerja. “ Janganlah seorang dari kamu duduk dan malas mencari rizki kemudian ia mengetahui langit tidak akan menghujankan emas dan perak. Rasululllah SAW pun senantiasa berdo’a kepada Allah agar dijauhi sifat malas, sifat lemah dan berlindung dari Allah penakut dan sangat tua dan saya berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan dari ujian hidup dan mati “ (HR. Abu Daud).
B.  SARAN
Dengan adanya pengetahuan kita tentang keja,produktivitas dan kerja versi Al-Qur’an dan hadits ini di harapkan bagaimana kiranya kita bias dan mampu menjadi insan yang benar-benar produktif sesuai dengan tuntunan syari’at kita. Dan dari kami kalau ada kesalahananya mohon di perbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Idri, M.Ag, Hadis Ekonomi,( Jakarta : Kharisma Putra Utama, 2015 M.), hlm.61
Prof. Dr. H. Engoswara, M.Ed. Administrasi Pendidikan, ( Bandung : Afabeta,2010.), hlm.38
Pius Partanto, M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer,(Surabaya : Arkola, ), hlm.634
Muhammad Hidayat,MBA. The Sharia Economic, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2010), hlm.221-226
Muhammad Ismail Yusanto, Menggagas Bisnis Islami, ( Jakarta : Gema Insani,2002 ), hlm.113-117




[1] Prof. Dr. H. Idri, M.Ag, Hadis Ekonomi,( Jakarta : Kharisma Putra Utama, 2015 M.), hlm.61
[2] Ibid.61
[3] Prof. Dr. H. Engoswara, M.Ed. Administrasi Pendidikan, ( Bandung : Afabeta,2010.), hlm.38
[4] Pius Partanto, M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer,(Surabaya : Arkola, ), hlm.634
[5] Muhammad Hidayat,MBA. The Sharia Economic, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2010), hlm.221
[6] Muhammad Hidayat,MBA. The Sharia Economic, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2010), hlm.225
[7] Muhammad Hidayat,MBA. The Sharia Economic, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2010), hlm.226
[9] Muhammad Ismail Yusanto, Menggagas Bisnis Islami, ( Jakarta : Gema Insani,2002 ), hlm.114
[10] Muhammad Ismail Yusanto, Menggagas Bisnis Islami, ( Jakarta : Gema Insani,2002 ), hlm.117

No comments:

Post a Comment

CONTOH SURAT OBSERVASI

S A N K E R T A PONDOK PESANTREN AL-INAYAH Jl. Lesmana Desa Perintis Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo DESA                   ...